Mengulik lebih dalam Tes Serologi Covid yang tingkat akurasinya hingga 99%

tes serologi covid

Sekarang ini, percaya atau tidak percaya, mau tidak mau, memang kita sudah tidak bisa dipungkiri sudah selalu bersamaandengan tingginya kasus Covid yang ada di Indonesia bahkan di seluruh dunia. Kita dipaksa untuk bisa damai dan melakukan kebiasan baru yang memang menjadi lebih ekstra dalam menjaga diri sendiri dan orang lain.

Dengan adanya pandemi ini, sudah pasti Anda tidak asing dengan yang namanya swab test, PCR, antigen, yang merupakan beberapa cara yang dilakukan untuk mengecek apakah terdapat virus Covid di tubuh seseorang.

Memang, beberapa metode test tersebut memiliki tingkat akurasi yang berbeda-beda. Namun, apakah Anda sudah pernah mendengar tes serologi covid?

Kabarnya, tes serologi Covid ini memiliki tingkat akurasi yang paling tinggi dibandingkan dengan tes covid yang lainnya. Mengapa? Karena tingkat akurasinya mencapai 99%!

Apa sih, yang dimaksud dengan tes covid serologi? Mengapa bisa mencapai tingkat akurasi yang tinggi? mari kita bahas.

Penjelasan Tes Serologi Covid-19

Tes antibodi SARS-CoV-2 (sering disebut serologi) mencari antibodi dalam sampel untuk menentukan apakah seseorang pernah terinfeksi virus penyebab COVID-19. Tes antibodi COVID-19 dapat membantu mengidentifikasi orang yang mungkin telah terinfeksi virus SARS-CoV-2 atau telah pulih dari infeksi COVID-19.

Apasih tes serologi itu?

Pertanyaan yang muncul adalah, apa bedanya dengan tes antibodi? Apakah tes covid serologi ini diuji di lab? 

Tes serologi merupakan tes antibodi sempurna yang relatif efektif dan berakurasi tinggi, serta bisa dilaksanakan bagus di rumah sakit maupun di luar rumah sakit (mobile testing atau onsite/di daerah).

Sampel yang digunakan adalah darah, apa bedanya?

Sampel yang digunakan dalam tes serologi memang tidak ada bedanya dengan metode rapid test pada jaman dulu yang sekarang sudah tidak bisa menjadi patokan dalam mendeteksi covid, yaitu dengan mengambil sampel darah atau rapid test. Bedanya dengan tes serologi apa kalau begitu?

Sensitivitas mengukur hasil positif pada pasien yang benar-benar mempunyai antibodi virus Covid-19 dalam darah. Sementara tingkat spesifik mengukur hasil negatif pada pasien yang benar-benar negatif (tak mempunyai kandungan antibodi virus dalam darah).

Hasil yang lebih jitu tersebut bisa dicapai sebab pemeriksaan Roche Elecsys dikerjakan dengan instrumen yang dikontrol oleh teknologi robotik. Karena itu, kemungkinan terjadinya kesalahan sangatlah kecil.

Berapasih tingkat akurasi dari tes serologi?

Sama seperti rapid test, tes serologi antibodi ini mendeteksi antibodi seseorang untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi oleh SARS-CoV-2 atau belum.

Namun, tes serologi antibodi memiliki kelebihan karena pengerjaan tes dan deteksinya dilaksanakan oleh instrumen robotik. Ini membuat tingkat sensitivitas mencapai 100 persen. Artinya hampir tak ada kasus positif yang tak terdeteksi. 

Fungsi Tes Serologi Covid-19

Pemeriksaan spike receptor binding domain tergolong sebagai pemeriksaan serologi. Prosedur ini berbeda dengan rapid antigen dan PCR (Polymerase Chain Reaction) swab yang yaitu pemeriksaan molekuler.

Percobaan rapid antigen dan PCR swab dapat dipercaya untuk skrining dan diagnosis karena keduanya mendeteksi molekul virus. Sementara itu, pemeriksaan serologi tidak dapat diaplikasikan untuk kedua tujuan ini karena targetnya yaitu antibodi.

Adapun 2 fungsi utama tes serologi covid-19 diantaranya adalah:

Pengembangan vaksin COVID-19

Fungsi utama pemeriksaan Spike-RBD adalah menilai fokus antibodi untuk menetapkan apakah seseorang sudah terinfeksi SARS-CoV-2. Hasil pemeriksaan juga dapat menetapkan apakah tubuh sudah menyusun kekebalan terhadap virus.

Hal ini membatasi peranan penting dalam pengembangan vaksin COVID-19. Pasalnya, dengan menilai respon cara imun terhadap SARS-CoV-2, pengembang vaksin dapat menetapkan kandidat vaksin yang paling tepat sasaran dan seberapa lama efektivitas hal yang demikian dapat bertahan.

Mendukung terapi plasma bagi pasien COVID-19

Selain pengembangan vaksin, pemeriksaan serologi antibodi kuantitatif juga diterapkan dalam pemberian terapi plasma konvalesen bagi pasien COVID-19. Terapi ini menggunakan plasma dari penyintas COVID-19 yang sudah pulih sebagai donor.

Plasma donor dari penyintas COVID-19 diyakini memiliki efek antivirus pada tubuh penerima. Terapi ini masih dijalankan sampai sekarang kendati beraneka laporan klinis yang ada menonjolkan penemuan yang beraneka.

Terapi diawali dengan prosedur plasmapheresis, adalah pemisahan sebagian plasma dari darah. Plasma darah pasien kemudian diganti dengan plasma darah donor. Ini karena pada plasma donor terdapat antibodi yang bereaksi terhadap SARS-CoV-2.

Pada terapi plasma, hasil pemeriksaan serologi antibodi kuantitatif akan menonjolkan fokus dan energi antibodi. Dengan demikian itu, energi medis dapat menetapkan mana plasma donor yang memberikan manfaat terbesar bagi pasien COVID-19.

Jenis Tes Serologi Covid-19

Dalam tes covid serologi juga terdapat beberapa jenis test yang bisa dibedakan, diantaranya adalah:

Uji aglutinasi

Uji aglutinasi didasarkan pada adanya antibodi aglutinasi dalam serum pasien yang dapat bereaksi dengan antigen spesifik untuk membentuk gumpalan yang terlihat. Pada uji aglutinasi, reaksi antigen-antibodi dapat berupa reaksi aglutinasi langsung atau pasif.

Tes presipitasi

Tes presipitasi mengukur antigen atau antibodi dalam cairan tubuh dengan tingkat presipitasi kompleks antigen-antibodi yang terlihat dalam gel (agarosa) atau dalam larutan. Ada banyak jenis uji presipitasi (misalnya, difusi ganda Ouchterlony, counterimmunoelectrophoresis), tetapi aplikasinya terbatas.

Western blot test

Secara khusus, teknik Western blot (immunoblot) digunakan untuk menentukan antigen protein mana yang dikenali oleh serum dari pasien yang pulih dari COVID-19 untuk mengidentifikasi komponen virus yang harus menjadi bagian dari vaksin monovalen dengan lebih baik. atau koktail vaksin, terutama jika virus hidup yang dilemahkan tidak digunakan.

Penyakit yang Bisa Terdeteksi dengan Tes Serologi

Daritadi kita sudah membahas tentang tes serologi, namun kita hanya membahas hanya penyakit COVID-19 saja yang bisa dideteksi dengan uji coba ini. Akan tetapi, pada faktanya terdapat beberapa penyakit yang bisa dideteksi dengan tes serologi, diantaranya adalah:

Covid-19

Masih berkaitan dengan artikel ini, tes serologi dapat digunakan untuk mengehtahui apakah dalam tubuh seseorang terdapat virus Covid yang bersarang. Dengan cara yang cukup cepat dan tingkat akurasi yang sangat tinggi, pastinya ini bisa menjadi andalan terbaru jika Anda ingin melakukan tes covid pada diri Anda.

Penyakit yang menyerang sistem imun tubuh dan lebih spesifiknya adalah pernafasan ini memang sedang kita alami dan sudah menjadi pandemi.

Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Penyakit yang dapat menyerang sistem imun tubuh ini juga dapat dideteksi dengan menggunakan serologi test. Penyakit yang dapat membuat demam tinggi, menggigil, muntah, mual, nyeri sendiri ini memang bisa menular sama halnya dengan Covid, dan HIV pun juga bisa ditularkan melalui keturunan.

Measles (campak)

Penyakit campak ditandai dengan hidung berair, mata merah, sakit tenggorokan, batuk, dan muncul bintik putih dalam mulut. Walaupun rubella (campak Jerman), ditandai ruam merah di wajah atau segala tubuh, demam ringan, mata merah, sakit kepala, nyeri otot, hidung tersumbat, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

Brucellosis

Brucellosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri. Orang bisa terkena penyakit ini ketika mereka melakukan kontak dengan hewan yang terinfeksi atau produk hewan yang terkontaminasi bakteri. Hewan yang paling sering terinfeksi antara lain domba, sapi, kambing, babi, dan anjing.

Amebiasis

Amebiasis yakni infeksi usus besar yang disebabkan oleh parasit Entamoeba histolytica. Gejalanya berupa diare, feses bercampur darah, kram perut, perut kenyang (gas menumpuk dalam perut), demam, sakit punggung, dan kelelahan.

Sifilis

Sifilis berkembang secara bertahap dan gejalanya bervariasi pada setiap tahap.

Tahap pertama melibatkan luka tanpa rasa sakit pada alat kelamin, rektum atau mulut. Setelah sakit awal sembuh, tahap kedua ditandai dengan ruam. Kemudian, tidak ada gejala sampai tahap akhir yang mungkin terjadi bertahun-tahun kemudian. Tahap akhir ini dapat mengakibatkan kerusakan pada otak, saraf, mata atau jantung.

Kapan Tes Serologi Covid Harus Dilakukan?

Pertanyaannya sekarang adalah, kapan harus melakukan tes serologi? Tentunya adalah ketika Anda sudah merasa ada berbagai gejala Covid. Apalagi ketika Anda pernah kontak langsung dengan orang yang terpapar virus ini, tentu harus adanya antisipasi dari diri Anda masing-masing supaya tidak menular.

Beberapa gejala Covid-19 yang perlu Anda perhatikan diantaranya adalah:

Gejala yang paling umum:

  • Demam
  • Batuk kering
  • Kelelahan

Gejala yang kurang umum:

  • Sakit dan nyeri
  • Sakit tenggorokan
  • Diare
  • Konjungtivitis
  • Sakit kepala
  • Kehilangan rasa atau bau
  • Ruam pada kulit, atau perubahan warna pada jari tangan atau kaki

Gejala serius:

  • Kesulitan bernapas atau sesak napas
  • Nyeri dada atau tekanan
  • Kehilangan bicara atau gerakan

Segera cari pertolongan medis jika Anda memiliki gejala yang serius. Selalu hubungi sebelum mengunjungi dokter atau fasilitas kesehatan Anda.